JAKARTA – Ketua Umum PW Fast Respon Nusantara (FRN) Counter Polri, R. Mas MH Agus Rugiarto, SH, mengungkapkan alasan di balik kecintaannya yang mendalam terhadap Polri. Ia menegaskan bahwa darah Bhayangkara telah mengalir dalam dirinya sejak kecil, dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya yang erat dengan tradisi kepolisian.
"Saya lahir dan besar di keluarga Bhayangkara. Sejak kecil, kakek saya, Om Andrias Ade, yang dikenal sebagai penembak jitu dan kebanggaan Kapolri Soekarno, sering menerima tamu dari tentara dan polisi di rumahnya. Bahkan, ada istilah 'Orang Timur harus sowan ke Om Ade sebelum masuk Sulteng', " ujarnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pilkada dalam Bayangan Kematian
|
Agus Flores, nama udara R. Mas MH Agus Rugiarto, mengungkapkan bahwa kecintaan terhadap Polri juga mengalir dari garis keturunan ayahnya yang berasal dari Jawa Timur. Banyak anggota keluarga dari pihak ayahnya yang juga berprofesi sebagai polisi.
"Jadi, kental sekali coklat di darah ini, " tegasnya, merujuk pada warna seragam polisi yang identik dengan warna coklat.
Menurut Agus, kecintaan dan kedekatannya dengan Polri bukan sekadar hubungan darah, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian kepada leluhur Bhayangkara. Ia percaya bahwa menghormati leluhur adalah bagian penting dari menjaga harmoni sosial.
"Keinginan terbesar saya adalah agar leluhur Bhayangkara tersenyum melihat kita. Jangan katakan kita tidak menghargai mereka, karena kalau begitu, negara akan sering mengalami ketimpangan, " ungkapnya penuh makna.
Agus juga menjelaskan bahwa perannya sebagai Ketua Umum PW FRN bukan hanya sekadar memantau kinerja Polri, tetapi juga meluruskan informasi yang simpang siur di masyarakat. PW FRN kerap melakukan klarifikasi agar persoalan tidak berkembang menjadi isu negatif yang dapat mencemarkan nama baik Polri.
"Sumbatan informasi itu kadang harus kita yang klarifikasi, biar lurus persoalannya, biar masyarakat merasa nyaman, " katanya.
Ia mengkritik perilaku oknum polisi yang arogan dan lambat dalam merespons laporan masyarakat. Menurutnya, perilaku semacam itu justru merusak citra Polri di mata publik.
"Kalau ada oknum polisi yang slow respon, dampaknya bisa panjang. Ini yang nantinya jadi biang berita buruk soal polisi. Oknum seperti itu harus malu, karena mereka merusak wadah atau tempayangnya sendiri, " tegasnya.
Untuk menghapus stigma negatif tentang Polri, Agus mengaku sering turun langsung ke masyarakat. Jika memiliki rezeki, ia tak segan-segan memberikan bantuan kepada masyarakat sebagai wujud kepedulian.
"Ini yang seharusnya diperlihatkan polisi kepada rakyat. Bukan sekadar bicara, tapi memberi bukti bahwa polisi itu sebenarnya cinta kepada rakyat dan masyarakat, " ungkapnya.
Sebagai sosok yang dikenal tegas dan vokal, Agus mengaku kerap emosional jika melihat ada oknum polisi yang merusak program Kapolri. Ia menegaskan bahwa keberhasilan program Polri bergantung pada keseriusan seluruh anggotanya.
"Saya emosional karena saya tidak mau program Kapolri dirusak oleh anggotanya sendiri. Ini soal amanah dan kepercayaan masyarakat kepada Polri, " katanya dengan nada tegas.
Melalui pernyataan ini, Agus Rugiarto ingin meluruskan pandangan masyarakat dan memberikan klarifikasi atas langkah-langkah yang diambilnya. Bagi dia, penghormatan kepada leluhur Bhayangkara dan dedikasi kepada Polri adalah tugas mulia yang harus terus diperjuangkan.
Dengan posisi strategisnya sebagai Ketua Umum PW FRN, Agus berkomitmen untuk terus bersinergi dengan Polri dan mendorong perbaikan citra Polri di mata masyarakat. "Kita ingin Polri menjadi sahabat rakyat, bukan musuh rakyat, " pungkasnya.
(Spyn/FRN)